Rabu, 12 Agustus 2015

Pintu

Aka baca kalimat demi kalimat. Aku pahami arti dari setiap percakapan nya. Kembali aku tak yakin, apakah logika atau perasaan yang harus aku percaya.
Logika ku menafsirkan bahwa ia tak lagi menginginkan aku seperti yang dulu dia tulis masih menunggu. Dia kini menginginkan rumah yang lain. Tapi seperti biasa,perasaan ku tak akan pernah salah. Kau tau aku sedang berusaha membuat diri ku menjadi rumah bagi mu. Dan kau tau bahwa setelah ini aku tak akan pernah mengetuk pintu mu lagi,karna aku yang akan membukakan pintu untuk mu.

Dream Theater

"Tuhan dengan sekejap mampu membolak-balikan hati manusia", kurang lebih itu adalah kata-kata yang pernah leluar dari bibir nya. Tapi,kali ini aku tak benar-benar yakin ini ulah tuhan. Seperti ada sesuatu yang dipaksakan. Seperti ingin menghindar. Entah ini sebuah bagian dari usaha untuk membuat aku mundur atau malah dia yang ingin berlari.


Sabtu, 28 Juni 2014

Pemandangan Pesta Demokrasi di Indonesia

Assalammu'alaikum wr. wb.
Pesta demokrasi akbar di Indonesia masih tanggal 9 juli nanti (buat nyoblos presidennya),tapi dengung dan hiruk-pikuk nya udah terdengar dari berbulan-bulan yang lalu. Saya disini cuma mau menyampaikan apa yang kepikiran di otak saya saja,tanpa bermaksud menggurui siapapun. Selama masa kampanye pemilihan presiden(pilpres), sudah banyak sekali masyarakat Indonesia dijejali dengan berita-berita terkait dengan calon presiden(capres) dan calon wakil presiden(cawapres). Saya memandang kampanye saat ini tidak lagi sebagai sebuah ajang promosi akan prestasi atau segala hal positif yang ada pada diri masing-masing capres dan cawapres kepada masyarakat. Bahkan media-media yang seharus nya bersikap netral tidak terlihat pada pilpres saat ini, sangat jelas terlihat bahwa beberapa media khususnya media elektronik memihak kepada salah satu calon dan media yang lain memihak ke calon lain nya. Sangat mudah ditebak, media-media yang memihak kepada salah satu capres, tak henti-hentinya mengeluarkan berita yang positif saja kepada capres tersebut, tak jarang bahkan mengeluarkan berita yang buruk kepada capres yang lain meskipun kebenarannya masih diragukan. Bukan pro media ke salah satu capres yang saya permasalahkan, tetapi ketransparanan media untuk memberikan berita yang sebenarnya terhadap masyarakat lah yang saya pertanyakan. Mungkin masyarakat yang awal nya telah keukeuh menjatuhkan pilihan nya, saat ini telah berganti pilihan dan tak sedikit yang menjadi ragu untuk memilih salah satu dari capres tersebut. Semakin mendekati masa pemilihan semakin kencang saja berita yang negatif terhadap kedua capres dan cawapres tersebut yang kebenaranya tidak diketahui masyarakat awam. Ini berarti, masyarakat Indonesia kembali tidak memiliki kesempatan untuk dipimpin oleh Presiden yang baik. Sangat menyedihkan jika benar kampanye hanyalah sebuah orasi dan formalitas saja bagi capres dan cawapres. Semoga semua berita saat ini yang menyebutkan hal-hal negatif tentang capres dan cawapres kita adalah salah. Karna masyarakat sudah lelah dengan pembodohan oleh para pemimpin.
Teringat sedikit dengan sebuah ceramah oleh da'i kondang Indonesia(mumpung dalam suasana Ramadhan), untuk masyarakat indonesia khusunya umat islam, siapa tau bisa dijadikan pandangan dalm memilih calon pemimpin masa depan Indonesia. Jangan lah kita memilih pemimpin yang bermental seperti singa,mengapa? Di hutan manapun yang jadi raja pasti adalah singa, hewan yang lain rakyatnya. Pernahkah singa melindungi rakyatnya, tidak sama sekali bahkan yang terjadi singa adalah pemangsa hewan lain. Kalau pemimpin sudah bermental seperti singa, maka yang jadi menteri seperti serigala. Dalam dongeng anak-anak,serigala itu digambarkan sebagai hewan yang licik. Untuk terang-terangan dia tidak berani karna tidak punya kekuatan. Serigala itu kalau mau makan ayam,ya pake bulu ayam alias nyamar jadi ayam, kalau mau makan domba ya pake bulu domba(awal terciptanya pribahasa serigala berbulu domba). ^_^ Pendeknya serigala adalah hewan yang menghalakan segala cara asal tujuan tercapai. Dan kalau pemimpin sudah bermental seperti singa, menteri bermental serigala, akan muncul para penegak hukum bermental sperti anjing. Anjing akan setia kepada siapa saja yang memberinya daging. Anjing kalau disuruh majikan jaga rumah,nggak bisa bedakan yang mana maling yang man tamu. Biarpun tamu yang datang,kalo nggak bawa apa-apa pasti digonggong,nah sedang maling yang datang kalo bawa daging,anjing pasti kalem. Jadi siapa saja yang kasih daging,itu majikan anjing. Dia yang majikan,kata-katanya pasti diturutin anjing. Kalau sudah begini hilang lah norma-norma keadilan,oleh karna anjing dapat daging. Nah kalau sudah dalam kondisi seperti ini yang jadi rakyat gimana? Rakyat sudah seperti kambing. Yang menangnya keroyokan saja. Digiring kelapangan "mbek",digiring ke kali "mbek",dikasih makan rumput "mbek",sampepun mau dipotong masih juga "mbek".Itu artinya kambing tidak mempunyai pilihan lain alias manut wae. 
Kepada pembaca sekalian masyarakat Indonesia,maka jangan sampai terjadi di masa yang akan datang kita salah dalam memilih pemimpin. Jangan sampai Indonesia memiliki Presiden bermental seperti singa dan para pejabat bermental serigala,sehingga memunculkan para aparat negara penegak hukum bermental seperti anjing,serta membuat kita seperti kambing. Tanggal 9 juli nanti adalah kesempatan kita untuk memperbaiki Indonesia dan kita. Maka gunakanlah hak pilih kita kepada capres yang kita yakini benar. Dan semoga kita mendapatkan pemimpin yang benar-benar amanah kelak. Aamiin.
Sekian tulisan pertama saya.